Sunday, January 20, 2008

Motif Batik Parang, Lereng dan Cemukiran

Batik Parang dan Lereng.
Motif ini didalam keraton Surakarta termasuk baju seragam kebesaran keraton, dan yang boleh memakai hanya Raja dan Putranya. Kata “Parang” perubahan dari kata “Pereng” atau pinggiran suatu tebing yang berbentuk “Lereng” seperti dari dataran tinggi kedataran rendah yang membentuk garis diagonal. Mengambil dasar gambaran tebing dipesisir pantai selatan pulau jawa, yang diberi nama Paranggupito, Parangkusumo dan Parangtritis dan sebagainya.

Perbedaan corak Bathik Parang dan Lereng :

A. Ciri Corak Bathik Parang :
  • Bentuknya lereng diagonal 45°.
  • Memakai mlinjon.
  • Memakai sujen.
  • Ada mata Gareng.
B. Ciri Corak Bathik Lereng :
  • Bentuknya miring diagonal 45°.
  • Tidak selalu memakai mlinjon, sujen & mata Gareng.
  • Hanya dibatasi garis lurus.
  • Bisa memakai motif lung–lungan atau diseling dengan bentuk parangan yang disebut glebegan.

Bathik Parang yang sudah berkembang sebelum berdirinya kerajaan Mataram Kartasura adalah:
  • Parang Rusak,
  • Parang Barong,
  • Parang Rusak Barong,
  • Parang Kusumo,
  • Parang Pamor serta
  • Parang Klithik dan sebagainya.

Sedangkan untuk Bathik Lereng yang sudah dikenal antara lain :
  • Lereng Glebegan,
  • Lereng Thathit serta
  • Lereng Sobrah dan sebagainya.
Corak Bathik Lereng yang asli dari Surakarta adalah corak bathik lereng “Udan Riris” dan muncul pada masa pemerintahan PB. III pertengahan Abad XVIII. Yang melatar belakangi lahirnya motif ini adalah wujud keprihatinan setelah Mataram Surakarta terbelah dua. (antara Jogya dan Surakarta) dan salah satu dampaknya adalah kondisi pemerintahan belum teratur, masih banyak pembenahan dan memprihatinkan. Pada saat itu PB. III melaksanakan teteki, salah satunya adalah berendam disungai Premulung desa Laweyan yang mengalir dekat makam leluhurnya (Kyai Ageng Anis/orang tua Ki Ageng Pemanahan). Dalam teteki tersebut beliau diterangi lampu teplok (lampu tempel) dan pada saat itu tiba–tiba hujan gerimis. Kejadian itulah yang mengilhami beliau menciptakan corak bathik “Udan Riris”.

Bathik Cemukiran.
Motif ini bisanya dipakai untuk jenis ikat kepala atau disebut udheng/dhestar atau lebih dikenal dengan sebutan Blangkon. Corak ini berbentuk garis tepi/pinggiran bathik dengan bidang polos yang disebut modang. Gambar yang menghiasi corak bathik ini adalah lidah api yang mengandung makna kesaktian untuk meredam angkara, hal ini mengandung ajaran bahwa sebelum bisa mengalahkan musuh dari luar harus bisa mengalahkan musuh yang datang dari diri sendiri (nafsu). Motif ini berkembang pada masa PB. III dan hanya boleh dipergunakan Pepatihdalem dan Sentanadalem.

No comments: