Wednesday, January 30, 2008

Catalog Product



Kami menampilkan produk terbaik dari batik Indonesia dengan berbagai motif, bahan dan deasin yang menarik.

Sunday, January 20, 2008

Motif Batik Semen Rama

Bathik Semen Rama

Penjabaran makna corak bathik Surakarta yang mempunyai kandungan pesan ajaran dari penciptanya.  Bathik motif Semen Rama ini dibuat pada masa Pakoe Boewono IV, tahun 1787 hingga 1816, dan makna dari kandungan motif tersebut adalah untuk mengingatkan putranya yang telah di angkat sebagai putra mahkota.

Bathik yang bercorak “semenan” dengan nama semen rama diilhami dari cerita Prabu Ramawijaya yang memberikan nasihat kepada Raden Gunawan Wibisana, adik Prabu Dasamuka dari nagari Alengka, saat akan menjadi Raja. Nasihat itu kemudian dikenal dengan sebutan ”Hasta Brata” yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. 

Isi ajaran tersebut adalah:
  • Indrabrata, bermakna tentang darma untuk memberi kemakmuran dan melindungi buminya, yang dilambangkan bentuk tumbuhan atau hayati.
  • Yamabrata, bermakna yang bersifat adil kepada sesama. Yang dilambangkan dalam bentuk motif berupa gunung atau awan yang menggambarkan kedudukan tinggi.
  • Suyabrata, bermakna keteguhan hati, tidak setengah hati dalam mengambil kebijakan seperti halnya matahari. Dilambangkan dalam bentuk motif gambar burung Garuda.
  • Sasibrata, bermakna memberikan penerangan kepada yang sedang dirundung duka. Digambarkan dalam bentuk binatang – binatang.
  • Bayubrata, bermakna mengenai keluhuran atau kedudukan tinggi yg tidak menonjolkan kekuasaan. Yang di gambarkan dalam bentuk gambar Burung.
  • Danababrata/Kuwerabrata, bermakna memberikan penghargaan atau anugerah kepada rakyatnya, seperti halnya pulung atau ndaru. Yang di lambangkan dalam gambar Pusaka.
  • Barunabrata/Pasabrata, bermakna sebagai pemaaf. Dilambangkan dalam bentuk Naga, perahu atau yang dihubungkan dengan air.
  • Agnibrata, bermakna kesaktian untuk menumpas angkara dan melindungi yang lemah. Dilambangkan dalam bentuk api, lidah api dan cemukiran.



Motif Batik Wirasat

Batik Wirasat

Wirasat artinya perlambang yang dikaitkan dengan suatu permohonan. Bathik ini merupakan pengembangan dari motif Sida Mulya yang isinya terdiri dari bermacam–macam corak bathik. Diantaranya: bathik “Cakar”, “Truntum”, “Sida Luhur”, dan “Sida Mulya.

Makna motif ini, supaya dikabulkan segala permohonannya, mencapai kedudukan yg tinggi & mandiri, terpenuhi segala materi, juga permohonan petunjuk dari Tuhan saat mendapat kegelapan agar cepat diberi jalan yang terang. Bathik motif ini muncul bersamaan dengan bathik motif Sida Mukti pada masa PB. IV tahun 1800 an.

Pada awalnya motif ini dipakai oleh golongan tua saja, tetapi dalam perkembangannya motif ini didalam masyarakat sering dipakai orang tua penganten putra dalam acara mbesan. Motif ini berpola geometris seperti bathik sido luhur, sido mukti dan berkaitan dengan kepercayaan kejawen.

Dasar pengertian ini adalah konsep kekuasaan dipercaya muncul dari alam semesta, disamping dari kekuasaan manusia. Dalam corak bathik geometris ini melambangkan bahwa raja merupakan simbol kekuasaan dunia dan, sarana memberikan wahyu yang di wujudkan dengan pemberian pangkat kedudukan kepada kawulanya.
Raja juga pelindung lewat hukum yang diberlakukan. Hal ini digambarkan motif yang ketemu dalam empat titik temu bentuk belah ketupat, sebagai lambang raja yang di kelilingi oleh para pembantunya seperti yang disebut “Pancaniti” dimana;
  • Raja sebagai sebagai Hakim,
  • Patih sebagai Jaksa,
  • Pujangga sebagai Panitera serta
  • Senapati dan Ulama sebagai dasar perimbangan keputusan.
Atau bagi orang jawa keempat pusat tersebut merupakan sebagai tenaga alam semesta, yang juga :
  • Purwa berarti timur yang berhubungan dengan terbitnya matahari yang
    bermakna awal dari segalanya.
  • Daksina berarti selatan sebagai lambang puncak kehidupan segalanya.
  • Pracima berarti barat melambangkan terbenamnya matahari.
  • Untara berarti utara, melambangkan berakhirnya suatu kehidupan didunia.
Sebelum motif Wirasat muncul di Surakarta, untuk Bathik dengan motif geometris telah berkembang lebih dulu dengan jenis “motif ceplok”.

Motif Batik Bokor Kencana

Batik Bokor Kencana

Bokor biasanya untuk tempat air bunga sebagai kelengkapan upacara. Kencana berarti emas. Motif ini dari ampilan raja. Apabila raja duduk disinggasana selalu disertai perlengkapan yang disebut ampilan upacara yang dibawa oleh putra ataupun cucu raja yang masih kecil. Putra ataucucu raja disebut palara–lara yang berarti masih belajar tata krama.

Makna dari bathik ini diharapkan akan mendatangkan kewibawaan dan keagungan sehingga disegani di dalam lingkungan masyarakat. Motif ini bisa dipakai oleh semua golongan pangkat dalam masyarakat, baik tua maupun muda dan motif ini muncul pada masa pemerintahan PB IX pada akhir abad XIX juga termasuk bathik gagrak anyar.

Motif Batik Ratu Ratih

Batik Ratu Ratih

Ratu–ratih dari kata ratu patih, ada pula yang menerjemahkan sebagai tunjung putih (ratu yang dijunjung atau diembani patih karena usianya masih muda). Makna ini diibaratkan “sesotya ing embanan” yang diwujudkan cincin emas yang bermata berlian. Bathik ini dikaitkan dengan suatu kemuliaan, keagungan pribadi yang bisa menyesuaikan dengan alam lingkungan. Bathik ini bisa dipakai oleh siapa saja dan dari golongan apapun serta pas untuk acara perjamuan. Dilihat dari namanya bathik ini muncul pada masa pemerintahan Pakoe Boewono VI, dimana pada saat diangkat menjadi raja, beliau masih muda dan didampingi oleh patihnya pada tahun 1824 masehi.

Motif Batik Babon Angrem

Bathik Babon Angrem

Adalah ayam betina yang sedang mengerami telur. Bathik ini termasuk kategori “Semenan” tergolong bathik tengahan. Maknanya suatu harapan atau permohonan untuk diberi keturunan sebagai penyambung sejarah. Bathik ini bisa di pakai untuk orang dewasa dari status apa saja. Jenis Semen latar hitam ini bermotif besar–besar, sehingga kurang serasi apabila di pakaikan untuk Anak–anak.

Motif Batik Semen

Bathik Semen KingkinYang berarti sedih atau prihatin, motif ini termasuk bathik semen latar hitam. Dan mengandung makna dalam suasana keprihatinan dalam kehidupan yang di jalani dan permohonan supaya segera diberi jalan yang terang. Bathik motif ini lazim di pakai orang yang sudah berumah tangga untuk semua strata masyarakat. Bagi yang berstatus masih lajang tidak lazim memakainya.

Bathik Semen Kipas
Kipas atau juga disebut kepet yang bisa mengusir kegerahan. makna dalam kebudayaan Jawa, kipas diartikan dengan “paring seseger” atau bisa membuat ketentraman dalam menjalin rumah tangga. Diharapkan bisa menyingkirkan segala “Reridu” yang datang dari dalam kehidupannya
pemakainya. Motif ini bisa di pakai dalam kehidupannya. Bathik semen kipas bisa dipakai untuk semua golongan masyarakat tua dan muda. Bathik motif ini termasuk dalam kategori bathik gagrak anyar (jenis baru).

Bathik Semen KukilaKukila artinya burung. motif ini mempunyai makna ajaran para wali, bahwa burung merupakan gambaran “oceh–ocehan”. Dengan maksud ajarannya adalah bahwa manusia dalam bertutur kata hendaknya tidak membuat sakit hati orang lain. Dan bathik semen kukila ini bisa dipakai siapa saja, tua muda dan untuk semua acara.

Bathik Semen Sida-RajaMotif ini tergolong bathik tengahan, berkembang pada jaman PB. IV. Sida artinya suatu harapan untuk bisa terlaksananya cita – cita. Raja artinya kedudukan tinggi atau kekuasaan. Bathik ini cocok dipakai dalam segala macam acara wisuda dan golongan dari upakarti. Bathik semen sida raja ini berlatar putih dikenakan oleh bupati anom keatas, sedangkan dalam masyarakat dikenakan dalam acara resmi.

Bathik Semen BuntalYang dimaksud buntal dalam tradisi Jawa adalah rangkaian yang terbuat dari jenis dedaunan seperti daun beringin, daun girang dan lain sebagainya. Motif ini menggambarkan keaneka ragaman tumbuhan dibumi, maksudnya menyingkirkan hal – hal yang jahat yang dating dari luar, dan mendekatkan hal – hal yang halus. Didalam masyarakat bathik semen buntal ini dipakai oleh siapa saja dan untuk golongan tua dan muda.

Bathik Semen Remeng
Remeng artinya sanar–samar, antara gelap dan terang. Makna dari corak ini adalah mengingatkan kepada kita bahwa didalam kehidupan selalu ada dua hal yang berpasangan, semisal baik–buruk, senang–susah dan seterusnyamaksud dari corak ini memberikan petunjuk kepada kita untuk tidak berbuat berlebihan. Bathik ini termasuk bathik gagrak anyar untuk dipakai golongan tua dan muda.

Bathik Semen KakrasanaBathik ini termasuk kategori baru, karena munculnya pada masa pemerintahan PB. IX di Surakarta pada pertengahan abad XIX. Kakrasana diambil dari nama kecil tokoh pewayangan Prabu Baladewa putra Raja Mandura (Prabu Basudewa). Maknanya menggambarkan keteguhan hati berjiwa kumuwula atau merakyat. Bathik ini bisa dipakai siapa saja dalam kedudukan di masyarakat, baik untuk golongan tua maupun muda.

Bathik Semen Naga RajaBathik ini tergolong bathik tengahan yang berkembang pada masa pemerintahan PB IV di akhir abad XVIII. Naga menggambarkan ular besar yang bermahkota dikepala sebagai lambang ketentraman, raja menunjukkan kedudukan yang tinggi (kelenggahan luhur) sebagai lambang kekuasaan. Makna dari bathik ini untuk menjaga ketentraman didalam kehidupan rumah tangga. Bathik semen Naga Raja ini sebagai lambang ketentraman didalam menjalankan kekuasaan, memberikan perlindungan kepada rakyat atas dasar cinta kasih. Di dalam,keraton bathik semen latar putih di pakai oleh abdidalem yang berpangkat bupati keatas.

Bathik Semen Candra
Candra artinya rembulan, yang dimaksudkan dalam motif ini adalah rembulan yang bersinar pada malam hari dan bermakna kedudukan yang tinggi dapat memberikan sinar terang saat gelap. Dalam bathik ini terkandung piwulang sebagai seorang yang mempunyai kedudukan tinggi harus bisa memberikan pengayoman atau perlindungan kepada bawahan atau bersikap “kumawula” dan bukan “kumawasa”. Bathik ini termasuk gagrak anyar dan berkembang masa PB.IX pada pertengahan abad XIX. Bathik ini bisa dipakai semua golongan status sosial dan dapat dikenakan orang tua maupun muda.

Bathik Semen Gendong
Bathik ini termasuk bathik gagrak anyar yang berkembang pada masa PB. IX, akhir abad XIX. Arti dari gendong adalah mengangkat atau menjunjung. Makna corak dalam bathik ini adalah memberikan lambang atau suatu gambaran supaya bisa mengangkat tinggi derajat keluarganya. Dan ada pula yang mengartikan bahwa orang tua harus memikul rumah tangga anaknya, pengertian ini tidak tepat dengan alasan karena tidak mendidikuntuk mandiri. Motif ini bisa dipakai untuk acara apa saja dan bisa dipakai semua golongan masyakat.

Motif Batik Ceplok

Bathik Ceplok

Ceplokan adalah berarti Sekuntum, biasa dipergunakan untuk menyebut satuan bunga (misalnya: mawar seceplok artinya sekuntum bunga mawar). Berkaitan dengan motif geometris dalam lingkup satu kotak yang diistilahkan satu “raport” yang bisa diulang – ulang dan saling berhubungan. Pada jaman kerajaan Mataram Sultan Agung abad XVII hingga Mataram Kartasura abad XVIII, ada beberapa jenis motif ceplokan yg sudah berkembang dan digunakan dikalangan keraton serta masyarakat umum.

Makna motif Ceplokan :
  • Bathik Ceplok Lung Slop. Bathik ceplok ini 1 raport terdiri dari dua kotak bermotif “Lung”, sedang kotak lain bermotif “Ukel”. Dikatakan lung slop artinya dedaunan yang dibingkai. Maknanya lung menggambarkan kehidupan didunia, bahwa hidup itu ada batasnya. Sedangkan makna bingkai adalah suatu tatanan yang harus dijalankan dalam bermasyarakat, tanpa memandang kedudukan. Motif ini muncul pada masa PB. IV, di Surakarta motif ini berawal dari perpaduan Lung dan Parang Klithik yang bernama “Ceplok Sriwedari”.
  • Bathik Ceplok Sriwedari. Prinsip; motif sriwedari sama dengan Lung Slop, hanya motif ukel diganti dengan isen – isen Parangan, jadi dalam satu raport kotak, satu bermotif Lung dan yang lain bermotif Parangan. Makna motif ini adalah melambangkan kesejukan dan ketentraman batin sekeluarga. Dan motif ini bisa dipakai untuk semua status golongan masyarakat dan untuk orang yang sudah berumah tangga.
  • Bathik Ceplok Rengganis. Rengganis kepanjangan dari Ireng manis (hitam manis), ada juga yang mengaitkan dengan nama Dewi Rengganis. Maknanya adalah suatu pengharapan, agar kehidupan diberi serba manis. Dalam kebudayaan Jawa disebut “lelampahan kang sarwa manis, eca sakecagesangipun” yang berarti diberi jalan hidup yang baik kecukupan segala sesuatunya serta, mempunyai kedudukan terhormat dalam masyarakat. Motif ini bisa dipakai untuk semua status golongan masyarakat dan digunakan untuk orang yang sudah berumah tangga.
Macam–macam Bathik Ceplok :
  1. Ceplok Sobrah.
  2. CeplokMlathi Selangsang.
  3. Ceplok Cundhuk Wilis.
  4. Ceplok Nagasari.
  5. Ceplok Ereng–ereng.
  6. Ceplok Jamang.
  7. Ceplok Onang–onang.
  8. Ceplok Puspa Tanjung.
  9. Ceplok Sridenta.
  10. Ceplok Angin–angin.
  11. Ceplok Tunjung Karoban.
  12. Ceplok Cara Gelar.
  13. Ceplok Udan Mas.
  14. Ceplok Madusumirat.

Motif Batik Kawung

Batik Kawung

Motif ini bergambar bunga pohon bernama aren (buah kolang-kaling). Bathik kawung berbentuk geometris segi empat didalam pengartian kebudayaan jawa melambangkan suatu ajaran tentang terjadinya kehidupan manusia.

Pada awalnya bathik kawung ini dipakai dikalangan keluarga kerajaan, tetapi setelah Mataram terbagi dua, corak ini dikenakan golongan yang berbeda. Di Surakarta motif ini dipakai oleh golongan Punokawan dan Abdidalem jajar priyantaka, didalam tokoh pewayangan, motif kawung ini dipakai oleh Semar, Gareng, Petruk & Bagong.

Ragam motif batik Kawung:


  1. Bathik Kawung Picis yang diambil dari nama uang pecahan sepuluh sen.
  2. Bathik Kawung Bribil yang diambil dari nama uang pecahan dua puluh lima sen.
  3. Bathik Kawung Sen yang diambil dari nama uang pecahan satu sen. Makna corak ini adalah bahwa kehidupan ini akan kembali kepada alam sawung. Maka didalam tradisi dahulu motif ini dipakai untuk penutup orang meninggal.

Tatakrama Penggunaan Motif Batik di Kraton Surakarta

Motif bathik berkaitan dengan tanda Kepangkatan dilingkungan keraton. Dalam tatanan pemakaian kain bathik di Surakarta yang di tetapkan oleh Pakoe Boewono III tersebut, terkait dengan jenis motif dan kedudukan atau strata pemakainya. Pada tatanan masyarakat Keraton Surakarta tempo dulu, didalam cara mengenakan busana adalah cermin dari tingkat kepangkatan dan kedudukan (strata) dari pemakainya yang tergambar dalam motif/corak dari busana yang dikenakannya.

Tatanan berbusana tersebut berlaku baik dalam acara resmi maupun dalam acara biasa, hal tatanan berbusana dilingkungan masyarakat Surakarta tempo dulu telah diatur dalam kebijakan Raja Surakarta, ketika Keraton Surakarta dipimpin oleh Pakoe Boewono III. Dan busana Bathik juga menjadi seragam (uniform) bagi kalangan lingkungan Keraton Surakarta, baik dari golongan strata yang rendah, hingga kalangan lingkungan Raja dan keluarganya.

Motif/corak Bathik yang dipakai kalangan lingkungan kerajaan Surakarta :
  1. Bathik Parangrusak. Motif ini dipakai oleh Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati (KGPAA), Pangeran Putra, Pangeran Sentana dan Sentana dalem yang berpangkat bupati riya nginggil yang bergelar KRMH.
  2. Bathik Udan Riris. Motif bathik ini dipakai oleh pepatihdalem. (dari keterangan Pakoe Boewono XII ; apabila Patih tsb masih menantu Raja).
  3. Bathik Rejeng. Jenis motif ini dikenakan para komandan prajurit (setingkat Perwira Tinggi) dan duta keraton.
  4. Bathik Tambal Kanoman. Bathikan Kampuh/Dodotan para Bupati & dijadikan seragam Bupati Anom dan juru tulis kantor dilingkungan Kabupaten.
  5. Bathik Semen Latar Putih. Motif ini di pakai oleh Abdidalem yang berpangkat Bupati, Bupati Anom dalam dan luar.
  6. Bathik Padas Gempal. Motif ini dipakai para Abdidalem yang berpangkat Panewu/Mantri dari golongan sorogeni (prajurit Sorogeni, yang berseragam merah) kebawah.
  7. Bathik Medhangan. Motif ini dipakai oleh para Panewu/Mantri ke bawah dari golongan Sangkragnyana.
  8. Bathik Kumitir. Motif ini digunakan oleh para Panewu/Mantri ke bawah dari golongan kanoman.
  9. Bathik Tambal Miring. Motif ini dipakai oleh para Abdidalem yang berpangkat Panewu/Mantri dari golongan Juru Tulis.
  10. Bathik Jamblang. Motif ini dipakai oleh para Panewu/Mantri ke bawah dari golongan kadipaten Anom.
  11. Bathik Ayam Puser. Motif ini dipakai oleh para Abdidalem yg berpangkat Panewu/Mantri ke bawah dari golongan Yogeswara atau Suranata atau Abdidalem Ulama.
  12. Bathik Slobog. Motif ini di gunakan oleh para Abdidalem Panewu/Mantri ke bawah dari golongan niyaga (penabuh gamelan).
  13. Batik Wora Wari Rumpuk. Motif ini digunakan oleh para Abdidalem Panewu/Mantri ke bawah dari golongan Pangrehpraja atau yang membawahi wilayah.
  14. Bathik Krambil Secukil. Motif ini digunakan oleh para Abdidalem Panewu/Mantri ke bawah, di bawah perintah Kepatihan.
  15. Kain Lurik Perkutut. Merupakan kain yg dipergunakan Abdidalem berpangkat Jajar Priyantaka.
  16. Kain Sindur. Merupakan kain yang dipergunakan Abdidalem Krisdastawa atau Canthangbalung.

BATIK

batik indonesia, indonesian batik, batik of indonesia, javanesse batik, batik jawa, batik of java, batik solo, batik surakarta, batik jogja, batik yogyakarta, batik pekalongan, batik surabaya, batik kraton, batik bali, batik tulis, art of batik, batik sutera, silk batik, batik store, boutique of batik, gallery of batik, toko batik online, butik batik online, galeri batik online, batik parang, batik kawung, batik truntum, batik eksklusif, exclusive batik, kain batik, motif batik, gambar batik, batik raja, king of batik, queen of batik, batik ratu

Sejarah Batik Gagrak Surakarta

Motif/corak bathik gagrak Surakarta tercipta karena ada maksud dan pesan yang filosofis serta makna ajaran atau tuntunan dan juga menjadi ciri dari golongan strata masyarakat yang menggunakannya.

Corak Bathik gagrak Surakarta pada umumnya berbeda dengan corak daerah lain, baik dari segi gambar, ornamen maupun warnanya yang relatif gelap. Bathik gagrak Surakarta berkaitan dengan Makna, Motif dan Masa Berkembangnya. Setiap motif & warna bathik Surakarta mengandung pesan filisofi, ajaran dan kedudukan (strata sosial) bagi penggunanya.

Batik gagrak sangat erat kaitannya dengan perjanjian Giyanti yang diadakan didesa Giyanti pada tahun 1755 masehi. Dalam perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan, bahwa wilayah Mataram dibagi menjadi dua.
  • Sebagian menjadi wilayah Mataram Surakarta Hadiningrat dibawah kepemimpinan Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Pakoe Boewono Kaping III (PB.III).
  • Sebagian lagi menjadi wilayah Mataram Ngayogjakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh Ngarsadalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Hamengku Boewono Senopati Ing Ngalaga Kalifatullah Abdurrahman Sayidin Panatagama (KP. Mangkubumi yang juga paman dari PB III).
Dari perpecahan wilayah tersebut, kemudian berkelanjutan pada pembagiaan harta kerajaan yang berupa pusaka, gamelan, kereta tunggangan dan tandu/joli/kremun dibagi menjadi 2 bagian namun busana keraton Mataram seutuhnya diboyong oleh KP. Mangkubumi ke Jogyakarta. Mengingat sebelum perpecahan dan PB.III belum menjadi Raja, PB. II (ayah dari PB.III) pernah mewasiatkan kepada PB. III. “mbesok manawa pamanmu Mangkubumi hangersakake ageman, paringno” artinya 'apabila kelak pamanmu Mangkubumi menghendaki busana, berikan saja'.

Sejak perpecahan itulah keraton Mataram Surakarta tidak mempunyai corak busana khas keraton, hingga kemudian Pakoe Boewono III (penguasa saat itu) memerintahkan pada jajarannya untuk membuat corak busana. Corak bathik gagrak Surakarta berkembang sangat pesat, namun justru pada akhirnya berdampak; menurunnya kandungan nilai budaya bathik serta tatanan dalam penggunaan kain bathik menjadi kabur, yang antara lain : kain bathik yang di peruntukkan Bangsawan dan Kawula menjadi tidak jelas.

Oleh karena itu kemudian Pakoe Boewono III mengeluarkan suatu kebijakan tentang tata tertib penggunaan kain bathik, guna menyadarkan masyarakatnya akan kandungan nilai budaya corak bathik: “Ana dene kang arupa jejarit kang kalebu laranganningsun, bathik sawat, bathik parang lan bathik cemukiran kang calacap modang, bangun tulak, lenga teleng lan tumpal, apa dene bathik cemukiran kang calacap lung – lungan, kang sun wenangake anganggoa pepatihingsun lan sentananingsun dene kawulaningsun padha wedia”.


Yang artinya: “Ada beberapa jenis kain bathik yang menjadi larangan saya, bathik lar, bathik parang dan bathik cemukiran yang berujung seperti paruh burung podang, bangun tulak lenga teleng serta berwujud tumpal dan juga bathik cemukiran yang berbentuk ujung lung (daun tumbuhan yang menjalar di tanah), yang saya ijinkan memakai adalah Patih dan para Kerabat saya. Sedangkan para kawula tidak di perkenankan”.

Dari kebijakan inilah Bathik gagrak Surakarta mulai jadi tatanan berbusana di dalam kehidupan masyarakat jawa, (khususnya dibumi Mataram Surakarta Hadiningrat atau yang sekarang dikenal dengan sebutan kota Surakarta/Solo).

Definisi Batik

Bathik.
Sebuah karya seni lukis yang ditorehkan pada kain mori dan sejenisnya, dengan mengunakan Canthing dan malam atau lilin sebagai alat lukisnya dan sekaligus berfungsi untuk penghalang motif dan warna yang diinginkan.
Menurut penulis Bathik terdahulu serta menurut “Jarwadhosok”, penulisan hurup Bathik yang benar adalah BHA–THIK yang mengandung maksud Ngembat Titik atau “Rambating Titik–titik”, yang artinya adalah rangkaian dari titik–titik.

Motif Batik Parang, Lereng dan Cemukiran

Batik Parang dan Lereng.
Motif ini didalam keraton Surakarta termasuk baju seragam kebesaran keraton, dan yang boleh memakai hanya Raja dan Putranya. Kata “Parang” perubahan dari kata “Pereng” atau pinggiran suatu tebing yang berbentuk “Lereng” seperti dari dataran tinggi kedataran rendah yang membentuk garis diagonal. Mengambil dasar gambaran tebing dipesisir pantai selatan pulau jawa, yang diberi nama Paranggupito, Parangkusumo dan Parangtritis dan sebagainya.

Perbedaan corak Bathik Parang dan Lereng :

A. Ciri Corak Bathik Parang :
  • Bentuknya lereng diagonal 45°.
  • Memakai mlinjon.
  • Memakai sujen.
  • Ada mata Gareng.
B. Ciri Corak Bathik Lereng :
  • Bentuknya miring diagonal 45°.
  • Tidak selalu memakai mlinjon, sujen & mata Gareng.
  • Hanya dibatasi garis lurus.
  • Bisa memakai motif lung–lungan atau diseling dengan bentuk parangan yang disebut glebegan.

Bathik Parang yang sudah berkembang sebelum berdirinya kerajaan Mataram Kartasura adalah:
  • Parang Rusak,
  • Parang Barong,
  • Parang Rusak Barong,
  • Parang Kusumo,
  • Parang Pamor serta
  • Parang Klithik dan sebagainya.

Sedangkan untuk Bathik Lereng yang sudah dikenal antara lain :
  • Lereng Glebegan,
  • Lereng Thathit serta
  • Lereng Sobrah dan sebagainya.
Corak Bathik Lereng yang asli dari Surakarta adalah corak bathik lereng “Udan Riris” dan muncul pada masa pemerintahan PB. III pertengahan Abad XVIII. Yang melatar belakangi lahirnya motif ini adalah wujud keprihatinan setelah Mataram Surakarta terbelah dua. (antara Jogya dan Surakarta) dan salah satu dampaknya adalah kondisi pemerintahan belum teratur, masih banyak pembenahan dan memprihatinkan. Pada saat itu PB. III melaksanakan teteki, salah satunya adalah berendam disungai Premulung desa Laweyan yang mengalir dekat makam leluhurnya (Kyai Ageng Anis/orang tua Ki Ageng Pemanahan). Dalam teteki tersebut beliau diterangi lampu teplok (lampu tempel) dan pada saat itu tiba–tiba hujan gerimis. Kejadian itulah yang mengilhami beliau menciptakan corak bathik “Udan Riris”.

Bathik Cemukiran.
Motif ini bisanya dipakai untuk jenis ikat kepala atau disebut udheng/dhestar atau lebih dikenal dengan sebutan Blangkon. Corak ini berbentuk garis tepi/pinggiran bathik dengan bidang polos yang disebut modang. Gambar yang menghiasi corak bathik ini adalah lidah api yang mengandung makna kesaktian untuk meredam angkara, hal ini mengandung ajaran bahwa sebelum bisa mengalahkan musuh dari luar harus bisa mengalahkan musuh yang datang dari diri sendiri (nafsu). Motif ini berkembang pada masa PB. III dan hanya boleh dipergunakan Pepatihdalem dan Sentanadalem.

Friday, January 18, 2008

Indonesia's Batik

Batik is a highly evolved art form of Javanese culture of fabric printing and hand made. Seen here, a commercialized version, a tourist wearing a print recognized widely in the world for certain reason. In the past, the intricate design of batik actually represent the social standing of the wearer. It is a beautiful thing Noeza Batik's House with honorableto present Indonesia's batik in touch fashionable and fully artistic, with traditional, exclusive, classic's motive, and prestigious design. Find your exclusive and prestigious Indonesia's batik at Noeza Batik's House.
More information, call: +6281336568679

Sunday, January 13, 2008

Rumah Batik Noeza

Batik merupakan budaya nusantara sebagai simbol peradaban bangsa Indonesia.

Rumah Batik Noeza dengan bangga menyajikan batik Indonesia dalam sentuhan yang fashionable dan penuh artistik. Dengan motif-motif tradisional, klasik dan eksklusif. Pilihan bahan yang elegan dan bervariasi. Serta desain yang berkelas.

Temukan pilihan berbusana batik anda yang eksklusif dan berkelas hanya di Rumah Batik Noeza.

Informasi selanjutnya hubungi:
Telp: +6281336568679